Kamis, 24 Februari 2011

Pentingnya sex education

Batam sempat dikejutkan dengan kelakuan tiga pelajar SMP yang melakukan pesta seks di hotel Singapura yang berlokasi di Jodoh. Cepatnya usia menstruasi, tiadanya pendidikan seksualitas yang benar, serta mudahnya akses terhadap pornografi, mengakibatkan banyak remaja merasa biasa dengan hubungan seks saat pacaran. Pesta Seks tidak hanya terjadi di Batam, tetapi juga dibeberapa daerah lain di Indonesia.
Sebuah survey mengejutkan dari BKKBN yang menyebutkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen di antaranya melakukan aborsi. Survey ini menunjukkan peningkatan dari survey yang dilakukan sebelumnya pada tahun 2006 yaitu 47,54 %
         Sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal, menurut The Cairo consensus (1994). Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Kurangnya perhatian orang tua, perkembangan teknologi, pengaruh dari teman, dan lingkungan, juga merupakan factor penyebab terjadinya sex remaja.
        Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.
Menurut M.Sofyan Sauri,S.Sos ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, hal lain ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat dcpornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, lanjut Sofyan, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
       Dengan belajar tentang sex education, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksinya khususnya bagi remaja putri. Karena organ reproduksi remaja adalah hak remaja dan menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Pembelajaran seks education juga dapat menghindarkan remaja dari rangsangan seksual yang merusak akhlaknya. Pentingnya pendidikan tentang reproduksi harus dimulai sejak dini untuk menjaga naluri seksual remaja tumbuh secara sehat. Serta memperkenalkan remaja untuk menjaga kesehatan atau melindungi organ-organ reproduksinya ketika anak menginjak remaja, serta batas-batas pergaulan dengan lawan jenis, dan akibat pergaulan bebas bagi kesehatan reproduksi.
Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan tentang seks dan gaya hidup remaja saat ini. Tetapi sebelum si remaja nya yang dikasih pelajaran, orang tua pun mesti menadapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja, jadi akan terjalin komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.” Karena bukan nggak mungkin mereka yang tidak dekat atau jauh dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif. Lingkungan juga harus mendukung dalam menjaga perilaku remaja di sekitarnya.
Bagaimana dengan memasukkan sex education ke kurikulum sekolah? Hal itu mungkin. Namun kita harus mencari dan mengundang pakar atau psikolog yang benar-benar paham dalam urusan gaya hidup remaja. Penyampaiannya juga seharusnya tidak formal. Agar para pelajar tidak malu-malu lagi melontarkan rasa penasaran dan keingintahuannya. Pembelajaran tentang sex education juga dapat disisipkan dalam pelajaran biologi, agama, dan bimbingan konseling.
Jadi kesimpulannya, sex education sangat penting dan seharusnya dapat dimasukkan ke kurikulum sekolah. Seminar-seminar, pembahasan di media massa, pengawasan dari orang tua dan lingkungan mengenai sex education juga harus dilakukan untuk mendukung remaja agar terhindar dari sex bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar